Termasuk pertanyaan penting adalah bagaimana metodologi Maulana Syaikh dalam menginternalisasikan ajaraan al-Qurān di tengah masyarakat kesasakan yang kulturalis? Muatan apa saja yang menjadi mesin keislaman Nahdlatul Wathan? Bagaimana peta restorasi Islam yang dibawa Maulana? Dan yang paling jarang dipertanyakan adalah adakah “Ayat-ayat Interaktif Nahdlatul Wathan" yang menjembatani antara Islam Maulana dengan warga Sasak?
Selain itu, kita juga akan menyoal ulang, bagaimana fase pembentukan keilmuan Maulana Syaikh yang mengantarkannya sebagai Ulama Integratif, termasuk peran Kidung Maulana Syaikh dalam upaya suksesi Islam, bagaimana Maulana Syaikh mendamaikan Islam dengan kultur Islam Wetu Telu, dan bagaimana Maulana memposisikan "perempuan" dalam ruang sosial Islam?
Inilah rekaman jejak kehidupan Maulana Syaikh dalam mempublikasikan Islam di wilayah Indonesia Timur, sekaligus menjawab pertanyaan- pertanyaan penting di atas. Perjuangan Maulana Syaikh berada di tengah lingkaran jaring laba-laba yang saling mengelindan; heterogenisme, kulturalisme, vaganisme, destitusi ekonomi, kebeodohan pengetahuan, termasuk juga subjektifitas, superior-imperior personal, 'yang serba campur' ikut mewarnai ruang realitas perjuangan Maulana Syaikh.