Ilmu Kalam merupakan salah satu mata kuliah penting yang diajarkan diseluruh perguruan tinggi Islam di Indonesia. Kami sudah mengampu mata kuliah ini beberapa semester. Selama mengampu mata kuliah ini, banyak kritikan dari mahasiswa, khususnya mahasiswa yang kurang memiliki basis keagamaan. Banyak hal baru yang mereka temukan dalam mata kuliah ini, khususnya pemikiran-pemikiran kalam yang menurut mereka sangat aneh karena tidak rasional. Pertanyaan yang sering mereka ajukan adalah misalanya pemikiran ‘manzilah baina manzilataini’, ‘perbuatan mutlak manusia’, ‘manusia adalah boneka Tuhan’, ‘apa penting dan manfaatnya mata kuliah ini’ dan lain sebagainya.
Memang diakui banyak para tokoh yang menganggap ‘Ilmu Kalam’ adalah sarat dengan pertentangan dan paling banyak mengandung perbedaan. Bahkan ada pula yang menyebutkan Ilmu Kalam tidak memuaskan orang pintar dan tidak memberi manfaat kepada orang bodoh, karena mereka belum menemukan intinya. Akan tetapi tidak sedikit pula para tokoh yang menyebutkan bahwa setiap orang yang ingin menyelami seluk-beluk agama perlu mempelajari teologi (Ilmu Kalam), karena ilmu ini sangat banyak manfaatnya. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, kami menyebutkan beberapa manfaat dalam mempelajari Ilmu Kalam dan tidak lupa kami kemukakan sumber pembahasan serta hubungannya dengan ilmu lainnya. Agar dapat dipahami bahwa ilmu kalam juga sangat penting untuk dipelajari oleh para mahasiswa khususnya.
Ilmu kalam memiliki beberapa nama, antara lain Ilmu Usuluddin (Ilmu yang mempelajari tentang pokok-pokok agama), IlmuTauhid (Ilmu yang mempelajari keesaan Allah), Fiqh Al-akbar (Pemahaman tentang agama) Ilmu Kalam, dan Teologi Islam. Adapun yang disepakati bahwa Ilmu Kalam dasarnya adalah al-Qur’an, al-Hadits. Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan. Dari sanalah cikal bakal lahirnya tiga aliran teologi dalam Islam, yaitu aliran Khawarij (aliran yang keluar dari barisan Ali dan memisahkan diri), aliran Syi’ah (aliran yang tetap mendukung Ali), dan aliran Mu’tazilah. Setelah itu bermunculan pula faham Teologi yang lain yang terkenal, yaitu Jabariyah dan Qadariyah. Karena Mu’tazilah bercorak rasional, maka aliran ini mendapat tantangan besar dari golongan tradisional Islam, yaitu aliran Asy’ariyah dan aliran Al-Maturidiyah yang keduanya disebut ahlussunah wal jama’ah. Ilmu kalam sering menempatkan dirinya pada dua pendekatan dasar-dasar argumentasi yaitu Aqli dan Naqli. Oleh karena itulah, dari masa kemasa seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka pola pikir yang berbeda pun semakin banyak bermunculan. Demikian juga dengan ilmu kalam, pemikiran-pemikiran ilmu kalam dari pertama persoalan ilmu kalam itu muncul, masa modern, bahkan sampai masa kini terdapat perbedaan dalam doktrin-doktrin pemikirnya.
Buku ini merupakan pengantar bagi mahasiswa/i yang ingin mendalami lebih jauh berkenaan dengan ilmu kalam. Semoga buku ini dapat memberikan kemudahan bagi pembaca dan semoga ada berkah dan keridhaan Allah SWT, sehingga dapat memberikan kemanfaatan khususnya bagi kami penyusun, Amin ya Rabbal ‘aalamiin