登入選單
返回Google圖書搜尋
註釋

Tidak terasa waktu seperti cepat berlalu. BALI MEMBANGUN BALI JURNAL BAPPEDA LITBANG telah mencapai edisi ketiga atau nomor terakhir di tahun/volume perdana (Volume 1, Nomor 3, Desember 2018). Bersamaan dengan itu, sejak beberapa waktu lalu, Bali dinahkodai oleh pemimpin baru untuk lima tahun ke depan: Gubernur Dr. Ir. Wayan Koster MM dan Wakil Gubernur Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si.

Dalam kepemimpinan baru ini, melegakan sekaligus mencerdaskan bahwa perencanaan pembangunan Bali kembali ke “nature”-nya: alam fisik, manusia, dan warisan kebudayaan religiusitasnya. Bali yang unik secara geografis, sosial, dan budaya ini dikonsepkan secara sistemik-filosofis berdasarkan akar pohon kehidupan Bali yang ekologis-sosio-religius itu, yang berurat-berakar dari para leluhur Bali yang terwarisi hingga para penerusnya hari ini. Tentu semua ini diputuskan atas penelitian (dan perenungan) yang mendalam sebelum dieksekusi lebih jauh. Istilah masa kininya: di-litbang-kan, yang dalam bahasa Inggris populer disebut R and D atau research and development atau penelitian dan pengembangan sebagaimana yang menjadi genre paradigmatis jurnal triwulanan ini.

Sad Kertih terdiri atas kertih (perilaku mulia) dalam atma, samudra, wana, danu, jagat, dan jana. Ia menyangkut enam hal yang wajib dilakukan untuk membangun alam semesta, termasuk manusia penghuninya. Sebagai konsep yang baik, maka ia harus dipraksiskan, yakni diwujudnyatakan dalam realitas sehingga terjadi persambungan antara aras objektif-teoretik dan aras subjektif-realistik. Persambungan tersebut ditunjukkan untuk mengatakan bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatunya tidak boleh parsial, eksklusif, dan elitis melainkan menyeluruh, inklusif, sinergis, dan bergotong royong.  

Atas dasar itu semua, dalam edisi kali ini, BMB menampilkan materi: (1) Sad Kertih: Sastra Agama, Filosofi, dan Aktualisasinya; (2) “Debirokratisasi dan Pentingnya ‘Good Governance’ bagi Daerah”; (3) “Kesadaran Multikultural dan Kewirausahaan Masyarakat Desa (Kasus Desa Wisata Batuan, Bali)”; (4) “Bali dalam Tarikan Pembangunan Berkelanjutan”; dan (5) “Pernikahan ‘Pada Gelahang’”; serta rubrik tetap “Mulat Sarira”. Artikel-artikel di nomor ini menunjukkan racikan materi yang beragam tetapi menyatu di antara: (1) konsep pembangunan yang direncanakan pemerintah, (2) sistem kepemerintahan yang ideal dijalankan, (3) persoalan ke-SDM-an desa, (4) arah kepariwisataan, dan (5) masalah ke-manusia-Bali-an dalam menghadapi globalisasi. Harapan kita semua adalah seluruh program pembangunan dapat dijalankan secara lancar dan berhasil mencapai sasaran sesuai yang direncanakan. Inilah bentuk tanggung jawab “pembangunan untuk Bali” dan bukan “Bali untuk pembangunan”. “Pembangunan untuk Bali” sangat segaris dengan diskursus “Bali membangun Bali”. 

Terkait pengembangan jurnal, semoga di tahun mendatang, BMB semakin bermanfaat dan bermakna bagi pembangunan dan kesejahteraan lahir-batin manusia Bali. Selamat menyongsong tahun baru 2019 untuk pencapaian (pembangunan) yang lebih baik.