Puisi lahir dari imaji – imaji yang berkeliaran, juga lahir dari
realitas – realitas sekitar yang diwarnai dengan khayal. Kata –
katanya; kadang kaku walau tidak beku, kadang cair meskipun
tidak mencair. Ia selalu hadir dalam lintasan sejarah, menjadi juang
walau tidak pernah berjuang, menjadi senjata walau tidak mampu
mematikan, atau hanya menjadi teman dalam sepi bagi yang selalu
merasa kesepian. Ia selalu unik dalam kehadirannya.
Puisi, tidak sebatas kata yang diikat kalimat, dipoles dengan
titik dan koma, yang menjadi baik – bait indah disanggul larik, yang
liriknya membariskan rasa, membuat prasa sendiri dalam tubuh-
nya. Fisiknya: kadang kurus, kadang gemuk, terkadang sedang.
Kurus, gemuk dan sedang tidak membuatnya harus diet, tambah
makan apalagi nutrisi. Ia selalu menjadi dirinya sendiri. Ia memiliki
cara gaya yang berbeda; metafora, ironi, antithesis hingga paradox.