Dalam buku ini menjawab bagaimana pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa dilakukan secara efektif di masa pandemi ini. Di satu sisi guru dituntuk untuk memastikan proses pembelajaran tetap terjadi, meski tidak bertemu secara tatap muka. Di sisi lain, guru terbatas ruang geraknya untuk mengontrol pembelajaran peserta didik.
Dalam bahasan pertama buku ini, menjelaskan bagaimana problematika pembelajaran daring di masa pandemi. Mulai dari tujuan—guru tetap dituntuk untuk menyampaikan pembelajaran afeksi—meski kita tahu pembelajaran afeksi tidak bisa disampaikan atau diinternalisasikan lewat pembahasan materi. Guru harus sepenuhnya kreatif agar tuntutan afeksi atau karakter dalam kompetensi tetap tercapai. Di sisi penyampaian materi, materi yang bersifat prinsip dan prosedur juga menuntut kreatifitas guru. Hal ini karena pembelajaran tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka.
Apa yang menjadi temuan dalam buku ini adalah, bagaimana guru melalui pembelajaran blended learning, memastikan pembelajaran terjadi dan tetap terkontrol. Melalui pendekatan base project learning dan juga penilaian produk peserta didik dituntuk untuk mengalami proses belajar. Hal ini seakan menafikan proses pembelajaran, tapi mau tidak mau dengan desain kontrol sedemikian rupa, siswa dituntut mengalami sendiri 'proses belajar' itu. Penulis mengambarkan bagaimana model blended learning itu diterapkan di MAN 1 Lamongan.