Sebelum ilmu pengetahuan berkembang, orang ingin makan dan minum karena merasakan lapar dan haus. Mereka belum tahu fungsi dari makanan yang mereka makan. Kemudian ketika ilmu tentang penyakit mulai berkembang maka barulah diketahui bahwa ada berbagai macam zat yang ada di dalam makanan yang jika tubuh mengalami kekurangan maka akan timbul berbagai macam penyakit. Zat-zat dalam makanan tersebut selanjutnya kita kenal dengan zat gizi.
Ternyata jauh sebelum masehi sudah ada ilmuwan yang menghubungkan makanan dengan kesehatan. Dia adalah filosof terkenal dari Yunani bernama Hippocrates (460–377 SM), yang juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran. Pada salah satu tulisannya Hippocrates berspekulasi tentang peran makanan dalam “pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit” yang menjadi dasar perkembangan ilmu dietetika yang belakangan dikenal dengan “Terapi Diit’.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada abad ke-16, saat itu berkembang paham bahwa makanan tidak hanya untuk pemeliharaan kesehatan yang dapat dicapai dengan pengaturan makanan tetapi ada hubungan antara makanan dan panjang umur. Beberapa pelopor paham tersebut adalah Cornaro, yang hidup lebih dari 100 tahun (1366–464) dan Francis Bacon (1561–1626) berpendapat bahwa “makan yang diatur dengan baik dapat memperpanjang umur”.
Penemuan tentang makanan muncul pada abad ke-17 tentang hubungannya dengan kesehatan, tetapi penemuan itu belum dirancang secara ilmiah. Pada abad ke-18 berbagai penemuan ilmiah dimulai, termasuk ilmu-ilmu yang mendasari ilmu gizi. Satu di antaranya yang terpenting adalah penemuan adanya hubungan antara proses pernapasan yaitu proses masuknya O2 ke dalam tubuh dan keluarnya CO2, dengan proses pengolahan makanan dalam tubuh oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743–1794).