登入選單
返回Google圖書搜尋
Rahasia Di Balik Rahasia
註釋

Takdir merupakan bagian dari rukun iman yang harus diyakini oleh setiap Muslim. Dalam memahami takdir, banyak di antara kita yang kurang begitu memahaminya dengan tepat. Dan kesalahan dalam memahami konsep takdir ini, tidak jarang menumbuhkan sikap pasif dan psimis bahkan berputus asa. Sehingga, mereka yang mengalami kemiskinan atau ketertinggalan, misalnya, menganggapnya sebagai takdir Allah yang tidak bisa diubah. Akibatnya, mereka terpenjara dalam ruang sempit dan ketiadaan harapan serta pesimisme.

Meyakini takdir buruk yang menimpa seseorang seperti kemiskinan, ketertinggalan atau ketertindasan adalah takdir dari Allah yang tidak bisa diubah, sama saja menganggap Allah kejam dan tidak adil. Padahal tidaklah demikian.

Dalam Al-Quran, dengan jelas Allah menyatakan ,

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu merubah nasibnya sendiri”. ( Ar-ra’d [13] : 11)

Para ulama menyebutkan, dalam memahami konsep takdir, kita jangan melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir, yakni; dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.

Untuk memahami perihal kedua dimensi tersebut, Ali bin Abi Thalib menceritakan, bahwa Nabi Muhammad saw pernah bersabda, “Setiap kalian telah ditulis tempat duduknya di surga atau di neraka.” Pernyataan ini menjelaskan suatu takdir yang mesti dipahami/ditempatkan dalam dimensi ketuhanan. Maksudnya; Allah lebih memahami hal tersebut dan biarlah itu menjadi urusan atau hak prerogatif-Nya. Dalam dimensi ini, berarti, takdir sebagai perkara yang gaib, mutlak menjadi rahasia Allah swt karena berkaitan langsung dengan kemahakuasaan-Nya dan ketidakberdayaan manusia di hadapan-Nya.

Melanjutkan hadits dari Ali di atas, seseorang menimpali Nabi dan berkata kepada beliau, “Kalau begitu, kami bersandar saja (tidak beramal) wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak demikian, beramallah kalian karena setiap orang akan dimudahkan.” (HR. Bukhari)

Apa yang disampaikan Rasulullah saw ini memperjelas bahwa manusia tidak dibenarkan berdiam diri dan bertopang dagu dalam menyikapi takdir. Manusia tetap diwajibkan berusaha untuk meraih suatu takdir, termasuk merubah takdir yang buruk menjadi takdir yang baik.

Dalam buku ini, penulis memaparkan pemahaman yang lebih komprehensip mengenai takdir yang akan menumbuhkan sikap optimis dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.

Semoga terbitnya buku ini member manfaat yang nyata bagi pembaca. Dan semoga Allah swt senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya.