Buku ini merupakan diktat yang bisa digunakan untuk bahan literasi atau kajian perkuliahan Prodi/Jurusan yang menerapkan kurikulum KKNI-SNPT. Tidak hanya bagi Prodi PGMI/PGSD, namun bisa untuk semua prodi yang berbasis pendidikan atau di bawah naungan Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Pada BAB I mengkaji tentang “Konsep Dasar Teacherprenuership”. Kemudian pada Bab II tentang “Model Manajemen Teacherprenuership dalam Pendidikan” dan Bab III tentang “Tantangan dan Peluang Teacherpreneurship di Era Milenial” dan BAB III tentang “Praktik Teacherpreneurship”.
Teacherpreneurship ini sudah menjadi profil lulusan, kemudian menjadi mata kuliah di PGMI STAINU Temanggung. Apa yang dikonsep di Prodi PGMI STAINU Temanggung tentu masih dalam rangka mencari “kebenaran” dan idealitas. Namun, pada prinsipnya, calon guru harus memiliki jiwa entreprenuer/ wirausaha. Sebab, guru di era milenial, pascamilenial bahkan era alfa ini harus memahami bahwa gelembung disruption setelah era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) harus dijawab dengan kemampuan yang multipleskill. Salah satunya adalah teacherprenuer tersebut.
Hal ini tentu senada dan seirama dengan doktrin bahwa “guru harus kaya” secara materiil. Guru tidak boleh hanya urusan berjuang, namun kata berjuang itu sendiri adalah dialektika antara “berju” dan “uang”. Meski profesi guru tidak untuk mencari materi saja, namun, secara person, guru haruslah kaya hati, harta, dan kouta. Sebab, jika guru kaya, mereka akan mapan dalam melakukan perubahan mendasar dalam pendidikan. Maka dari itu, guru kaya adalah sebuah keniscayaan di era disrupsi ini.
Maka dari itu, bekal teacherprenuership inilah yang menjadi ikhtiar untuk menyiapkan calon guru yang berjiwa kaya. Apakah hanya kaya harta? Tentu tidak. Harta hanya bagian dari pendukung jiwa, sarana dan media guru berjuang mendidik anak-anaknya.
Akhir kata, selamat membaca buku ini dan pahamilah, bahwa teacherprenuer hanya bagian dari usaha menjawab, dan menyesuaikan, serta menguasai zaman. Mengapa demikian? Sebab, hanya orang yang mampu membaca zeitgeist (spirit zaman) yang bisa bertahan. Masalahnya, sudahkah kita bisa membaca spirit zaman ini?