登入選單
返回Google圖書搜尋
Manusia Menurut Al-Ghazali
註釋

Sebelum mengalami kehidupan dan cara hidup sufi,

al-Ghazali melihat bahwa daya manusia untuk mencapai

pengetahuan tertinggi (pengetahuan tentang Tuhan) dan

pengetahuan tentang hakikat-hakikat yang lainnya adalah akal

yaitu ketika ia sesudah mencapai kemampuan tertinggi yang

disebut al-‘Aql al-Mustafad (Akal Perolehan). Dengan akal pada

tingkat kemampuan demikian, manusia dapat berhubungan

langsung dengan akal aktif (malaikat) yang merupakan urutan

terakhir tata transendental dan sumber segala pengetahuan dan

pengaturan makhluk-makhluk di bumi. Tapi, pada akhirnya, ia

menyadari bahwa akal tidak mampu menangkap hakikat-hakikat

yang sama sekali abstrak. Ia menemukan dari pengalaman

tasawufnya bahwa yang dapat menangkap hakikat-hakikat

abstrak itu adalah al-dzawq (intuisi). Dengan intuisi hakikat

tidak hanya dimengerti, tetapi juga dihayati dan dirasakan

keberadaannya. Dengan intuisilah keyakinan yang tertinggi

dapat dicapai. Akal hanya dapat membawa manusia kepada

pengetahuan argumentatif (al-‘ilm al-burhani), sedangkan intuisi

dapat menghasilkan pengetahuan yang betul-betul diyakini (al‘ilm

al-yaqini).