登入選單
返回Google圖書搜尋
Sintesis Senyawa Osimertinib Teriodinasi Terkonjugasi Peptida (PDC) sebagai Kandidat Agen Terapi Kanker Paru Tipe NSCLC
註釋

Kanker paru sampai saat ini tetap menjadi penyebab kematian terbanyak bagi penderitanya bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia berdasarkan data daya yang di-release Globocon 2020. Penyebab utama dari besarnya angka kematian akibat kanker paru adalah karena seringnya pasien terdeteksi pada stadium akhir di mana sel kanker sudah mengalami metastatis sehingga pengobatan menjadi kurang efektif dan efisien dan tentunya akan lebih kompleks. Hal lainnya adalah terbatasnya jenis terapi dan mahalnya biaya diagnosa biomarker dan pengobatan kanker paru utamanya di Indonesia.

Kami mengembangkan PDC (peptide-drug conjugate) yang uraian mendetail tentang sintesisnya dijabarkan dalam monograf ini. PDC terbukti dapat memperbaiki farmakokinetik dari senyawa sitotoksik (obat) dan meminimalkan efek sampingnya sehingga dapat menjadi sebagai agen terapi baru bagi penderita kanker paru. PDC saat ini sedang berkembang di dunia kesehatan terutama untuk tujuan diagnosa dan terapi penyakit, yang diadopsi dari ADC (antibody-drug conjugate) yang beberapa di antaranya telah mendapatkan approval dari FDA (Food and Drug Administration) sebagai lembaga resmi di Amerika Serikat. Dalam monograf ini kami menguraikan metode sintesis cRGD-Osimertinib conjugate sebagai bentuk PDC. Osimertinib sebagai drug generasi ketiga yang telah mendapatkan approval dari FDA sejak 2022 untuk mengobati kanker paru tipe NSCLC dan cRGD merupakan salah satu homing peptide yang dapat menjadi pembawa beberapa molekul obat maupun radionuklida dan sudah terbukti mampu terakumulasi di kanker sebagai organ target diagnosa maupun terapi. Buku ini tersaji dalam lima bab, yaitu pendahuluan (bab 1), diikuti tentang uraian kanker paru di bab 2, penjelasan tentang peptide-drug conjugate (PDC) terurai di bab 3, sedangkan metode sintesis Osimertinib teriodinasi, linker, dan cRGDfK dijelaskan secara terperinci di bab 4 termasuk hasil analisisnya dengan menggunakan ESI-MS dan H-NMR, dan terakhir bab 5 berisi kesimpulan.

Minimnya monograf ataupun buku ajar yang menjelaskan tentang metode sintesis senyawa kimia obat maupun non-obat yang ditulis oleh peneliti Indonesia mendorong kami menulis monograf ini. Sehingga dengan diterbitkannya monograf ini diharapkan dapat menjadi motivasi positif bagi mahasiswa maupun insan peneliti Indonesia dalam mengembangkan senyawa-senyawa kandidat agen diagnosa dan terapi penyakit dalam rangka membantu program pemerintah mewujudkan kemandirian industri obat dan alat kesehatan di Indonesia. Semoga monograf ini bermanfaat untuk kemaslahatan kita semua.