登入選單
返回Google圖書搜尋
KISAH POLITIK DI TANAH INDONESIA
註釋

Ketiadaan satunya kata dengan perbuatan, menyebabkan proses terjadinya imitasi agama menjadi ideologi. Tampak sadar namun tidak disadari, idelogi memiliki “kitab suci”, “nabi”, “surga” dan metode menggapai surganya sendiri. Tapi ideologi dan dunia praksisnya tidak memiliki standar etika tertinggi dan konstan. Oleh karena itu dapat dikatakan fanatisme dalam politik adalah sebuah kebodohan, militansi dalam perjuangan politik biasanya menyebabkan penyesalan.

Tulisan ini tidak hendak mengatakan partai politik dengan label agama menjadi solusi dalam mempertahankan harga mati. Karena bisa jadi penista agama justru bersarang dan banyak dilakukan di partai dengan label agama, sebab dinamika dan perilakunya bertentangan dengan moral agama. Apalagi partai politik yang tidak mengenal nafas agama, seperti orang yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian bertanya dengan serius, apa bedanya lantunan adzan magrib dengan lantunan adzan dzuhur?