登入選單
返回Google圖書搜尋
註釋Ketika mendengar kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, apa yang kira-kira terbayang dalam benak kita? Negara-negara petrodollar? Sejarah? Menara pencakar langit? Atau politik monarkinya? Ataukah seputar konflik, kelaparan, pengungsian, dan pendudukannya? Apapun gambaran dominan yang ada di benak anda tentang kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara beserta “Bumi Manusia”-nya adalah pemantik bagi kami untuk membuat kajian holistik sebagai ikhtiar untuk menggali secara lebih komprehensif dan kritis sekaligus emansipatif melalui perspektif baru berdasarkan pendekatan yang ilmiah, lepas dari konstruksi pengetahuan kolonial, sesuai dengan konteks kekinian, dan juga sembari memprediksi arah yang akan terjadi kedepannya di kawasan yang menjadi tempat lahirnya agama Samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam) sekaligus peradaban tertua dan termaju di dunia (Cradle of Civilization) serta dampaknya bagi keIndonesiaan, kebhinekaan, dan keberagamaan kita untuk kini dan nanti. Jika ditelisik melalui pembacaan yang komprehensif, ada dua tujuan utama dari penulisan buku ini. Pertama, menyanggah wacana dominan yang terus-menerus disebarkan melalui teks, konteks, dan identitas terhadap kawasan ini berserta “Bumi Manusianya”-nya yang penuh dengan distorsi. Seteney Shami dan Cynthia Miller Idriss dalam artikel mereka berjudul 'Introduction: The Many Crises of Middle East Studies’ yang dimuat dalam buku Middle East Studies for the New Millennium infrastructures of knowledge mendeskripsikan kawasan ini sebagai ‘center of reassessments of the relationship between knowledge and power‘ (2016) atau pusat penilaian ulang hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan yang selalu berada di antara kondisi ketegangan akibat dari kompetisi antar kekuatan adidaya baik antar aktor negara dan non-negara yang tak berkesudahan. Hal ini karena sentralitasnya, baik dalam hal kestrategisan lokasi, politik, ekonomi, kebudayaan, dan keagamaannya. Kedua, kami ingin mendorong adanya agenda emansipatif yang bermakna, berwawasan, sekaligus objektif terhadap cara kita memproduksi pengetahuan, bersikap, maupun mengambil kebijakan di kawasan ini. Melalui cara yang diistilahkan oleh Profesor Zachary Lockman dalam ‘Contending Visions of the Middle East The History and Politics of Orientalism’-nya sebagai cara-cara alternatif (alternative way). Tujuan dari alternatif tadi bukan sebatas ingin berbeda, namun untuk membongkar nalar publik yang disempitkan melalui serangkaian distorsi. Praksis, dari tujuan kedua ini kalau menurut Profesor Zachary Lockman di mulai dari memantik pembaca untuk 'to question, to learn, to engage and, I hope, to rethink’ (2020). Para penulis yang menjalani kehidupan di Timur Tengah dan Afrika utara secara langsung maupun yang tertarik dengan kajian Timur tengah dan Afrika tetapi tidak tinggal di kedua wilayah itu diharapkan dapat menyajikan kajian yang berimbang dan objektif yang akan sangat bermanfaat serta dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat maupun pemerintah Indonesia dalam mengambil sikap, menentukan kebijakan, maupun memproduksi pengetahuan tentang Timur Tengah dan Afrika Utara yang sering kita sederhanakan dengan istilah ‘Dunia Arab’ itu . Apalagi Dunia arab ini memiliki ikatan yang sangat erat dengan Indonesia, baik sebelum dan sesudah kemerdekaan.