“Yang niscaya ialah perubahan,” begitu kata bijak bestari perihal palagan masa lampau. Tanpa atau dengan pandemik Covid-19 perubahan pun niscaya. Pun begitu dengan kanal pendidikan. Namun bagi kami hal itu tidaklah lengkap. Sebab seperti apa dan siapa katalisator perubahan tersebut ialah hal perlu dicermati lebih lanjut.
Dalam lanskap demikianlah, Taman Pembelajar Rawamangun tempat kami bernaung berpolemik gagasan pendidikan, mencoba menyusun sebuah kumpulan karangan perihal Pedagogik dan Covid-19.
Ikhtiar itu sebagai sebuah jalan diskursus pendidikan--sekaligus mencoba memetakan problem dan jalan keluar yang paling mungkin dilakukan saat ini maupun setelah pandemik.
Jalan yang pernah dilalui para sosok inspiratif seperti Ki Hadjar Dewantara di awal abad ke 20, ketika menginterupsi kanonisasi pendidikan Politik Etis ala kolonial Hindia Belanda.
Dan lagi, melalui karya ini Taman Pembelajar Rawamangun (TPR), menyediakan ruang skeptis terkait arus utama praktik dan sistem pendidikan yang berlangsung belakangan ini; benarkah praktik dan muatan pendidikan selama pandemi atau menjawab keberlangsungan sistem tersebut kelak?