Di tengah-tengah membanjirnya buku-buku bacaan baru yang nota bene bukan berasal dari negeri sendiri sendiri dan juga membawa “pahlawan-pahlawan” baru, seperti Ksatria Baja Hitam, Power Ranger, Doraemon, Naruto, Spiderman, Superman dan lain-lainnya, tentulah sedikit banyak telah semakin memudarkan “hubungan batin” antara generasi penerus dengan generasi pendahulu (termasuk para tokoh-tokoh atau pahlawan dalam cerita rakyat).
Bukan hal yang mustahil bila hal ini tidak segera disikapi dengan bijak, lama kelamaan “para pahlawan” kita yang banyak kita temui dalam cerita-cerita rakyat di seluruh Indonesia, pada akhirnya benar-benar terkubur oleh “pahlawan-pahlawan” baru yang terus bermunculan yang lebih dahsyat dan heroik karena ditunjang oleh kemajuan teknologi yang mutakhir.
Generasi penerus lama kelamaan akan semakin asing dengan nama-nama Pangeran Sambernyawa, Sangkuriang, Ajisaka, Jaka Kendil, Timun Emas, Ki AGeng Selo, Jaka Turub, Ki Ageng Mangir, Malim Kundang, Kebo Iwo, Manik Angkeran, dan lain-lain itu, yang seharusnya layak untuk dikenang dan diteladani.