登入選單
返回Google圖書搜尋
註釋Adanya variasi bahasa seringkali dihubungkan dengan adanya kebudayaan yang berbeda. Pandangan itu dipengaruhi oleh hasil kerja para antropolog yang cenderung menyikapi bahasa sebagai bagian budaya yang diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh secara sosial. Pendapat itu menegaskan bahwa variasi bahasa berhubungan erat dengan keberadaan budaya yang berbeda-beda. Dalam kajian tentang budaya dunia, ditemukan bahwa suku yang satu berbeda dengan yang lain, tidak saja mengenai bahasa yang dimilikinya, tetapi juga dalam pandangan tentang dunia yang tecermin dalam Bahasa mereka. Bahasa memiliki variasi. Di antara variasi-variasi itu terdapat ciri-ciri yang umum. Ciri-ciri yang umum dan merupakan ciri-ciri pasti itu disebut semestaan bahasa (language universals). Artinya, semua suku bangsa dari lingkungan geografis dan kebudayaan yang berbeda dapat berbahasa. Setiap anak manusia memperoleh Bahasa pertama  pada  tahun-tahun  pertama  kehidupannya.  Pemerolehan bahasa dapat terjadi tanpa adanya pengajaran khusus. Menjelang usia enam tahun, anak telah menguasai sebagian besar gramatika Bahasa aslinya. Bahasa anak tersebut memiliki sistem kebahasaan yang dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas yang dapat digunakannya dalam percakapan. Fenomena ini menurut pandangan kaum empiris, manusia tidak memiliki kemampuan alami untuk memperoleh bahasa. Kenyataannya bahwa manusia memperoleh bahasa dan gramatika bahasa itu karena pengalamannya dalam mendengar rangsangan kebahasaan ketika masa kanak-kanak.