Di Bonto Cani, yang masih merupakan gugusan bentangan karst, saya terpukau melihat lukisan Anoa yang menempel di dinding gua. Berderet seperti dalam panel kanvas yang memperlihatkan tiga individu. Sementara di kampung Biku, gambar Babi Sulawesi, juga terlihat begitu memesona. Yang oleh para arkolog memperkirakan usianya 45.000 tahun yang lalu.
Bagaimana lukisan itu bisa bertahan dalam bentangan waktu sangat lama. Para arkeolog semakin kebingungan. Salah seorang arkeolog bilang, semakin kau menemukan, semakin banyak tetaka teki yang harus di jawab.
Buku ini menjadi sebuah upaya dari penulis untuk melihat kembali bagaimana manusia Sulawesi atau manusia pada umumnya memulai sebuah pencarian atas peradaban yang telah ada dengan pendekatan arkeologi.