登入選單
返回Google圖書搜尋
Langit Magenta
註釋

“SIAPA DI SITU?” tanya Magenta.

Tak ada sahutan.

Magenta menajamkan pandangannya. Ia yakin ada sesuatu yang baru lewat. Sepertinya cukup besar dan kuat karena mampu menggoyangkan ranting dan menimbulkan bunyi gerisik yang cukup riuh. Perlahan-lahan Magenta mengendap keluar dari perpustakaan. Matanya mencari jejak gerakan. Rasa penasaran menuntunnya. Dengan sisa-sisa kekuatannya, langit masih berusaha mempertahankan cahaya yang ia miliki, menjelma oranye penuh gurat, lama-lama memerah anggur, ungu seperti lebam, hingga akhirnya kalah telak. Cahaya sirna. Suara jangkrik mulai terbit dan dingin menggigit semakin leluasa.

Magenta mendekap tubuhnya erat-erat sambil berusaha mempertajam penglihatannya. Namun, percuma, keadaan sudah terlalu gelap dan kabut mulai turun. Magenta tak bisa melihat apa-apa lagi.

Ketika melangkah semakin jauh, semua yang mengikat Magenta perlahan-lahan retas. Kisah cinta pertamanya tak sempat selesai, terurai sebelum sempat disimpulkan. Kata persahabatan belum sempurna menguntun makna. Rumah Om Jan pun tak lagi dapat menjadi jangkar yang menahannya. Tetapi, setelah lima belas tahun lebih menjadi manusia, baru kali itu Magenta terbebas dari tali pusat tak kasat mata. Seutas rentang yang memaksanya terikat dengan mama. Sebentuk cinta yang membelenggu karena sudah bukan masanya.

Magenta belajar bernapas, bertumbuh, dan membuang sisa metabolismenya sendiri. Ia bukan lagi janin yang harus dibebat erat-erat dalam rahim tersembunyi. Ketika semua tali yang menambatnya tanggal, Magenta tak menyadari seberapa jauh ia sudah menempuh jarak. Hanya kabel penyuara telinga, penghubung indera pendengarannya dengan Walkman, yang terbawa untuk tetap menjaga.

Namun, apakah masih perlu?