Manusia dan segala andai yang terucap. Andai bisa bertahan lebih lama, andai bisa melisankan cinta lebih banyak. Seribu kali, sejuta kali, atau sekali saja lagi tak mengapa. Sayangnya, takdir tak bisa diulur barang sekejap. Hati sudah patah, lalu kehilangan perekatnya karena titah. Sungguh rapuh yang ditinggal pergi cahaya bulan. Adalah laut, adalah pagi, adalah aku yang masih saja begini. Namun hidup, mesti harus berjalan terus. Mengembara menyusuri mimpi, meski semua tak pernah sama lagi.
Aku pernah pergi, dia pernah pergi. Kami saling kehilangan jejak. Ia berlari ke tepi langit yang satu, sementara aku berlari ke tepi langit yang lain. Jejak menjadi tak berbekas.
Orang-orang baru muncul membentuk ceritanya masing-masing. Kami terpisah pada dua ruang dan waktu atas nama bukan siapa-siapa. Tak ada kejelasan hubungan selain pernah menjadi teman belajar yang sama sekali tak saling akrab. Tapi sekarang, aku tidak mengerti rasa ini. Tapi aku percaya dia. Dia yang kembali lagi saat senja. Saat gersang sudah purna.