‘Figur Ibu Toeti Heraty bukan saja panutan di multibidang, namun juga sosok yang secara nyata berbuat sesuatu untuk bangsa dan kemanusiaan. Bentang aktivitasnya luas, mulai dari menulis puisi, kolektor lukisan, pengusaha, akademisi, pemikir, penulis buku, serta tokoh kunci di berbagai gerakan sosial. Saya sependapat bahwa untuk memahami pemikiran Ibu Toeti, maka membaca festschrift buku ‘Mengenang Sang Baronese Kebudayaan Prof. Dr. Toeti Heraty’ ini menjadi syarat dasarnya.”
- Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Hal ihwal yang melintas, yang berubah dan aus, yang tak luar biasa, yang dilewatkan ide-ide besar — itulah yang memikat dalam sajak-sajak Toeti Heraty.”
- Goenawan Mohamad, Jurnalis dan Sastrawan.
“Jadi bisalah dipahami kalau dalam perjalanan waktu saya pun semakin sadar juga bahwa Ibu Toeti bukan sekadar seorang guru besar (profesor) dan seorang ilmuwan utama yang telah mendapat penghargaan akademis internasional, ia adalah pula seorang penyair anak bangsa yang tidak mudah terlupakan. Jadi janganlah heran kalau kemudian saya sadar juga bahwa Ibu Toeti bukanlah sekadar “pemberi” butir-butir pengetahuan akademis dan percikan literer yang memukau, ia adalah pula “pembina” rasa hayat keilmuan yang tidak mudah tertandingi.”
- Taufik Abdullah, profesor peneliti ahli BRIN, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
“Dengan keluasan wilayah perhatiannya, kelebaran daya jelajah intelektualnya, dan keragaman peran yang diembannya, Bu Toeti bisa dikatakan sebagai representasi intelektual “kultur ketiga”. Intelektual “kultur ketiga” merupakan sintesis yang memberikan jalan keluar dari kecenderungan eksklusivisme intelektual “kultur pertama” (literary intellectuals) dan “kultur kedua”(scientists).”
- Yudi Latif, Kepala Pelaksana Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) tahun 2017-2018, kolomnis di harian Kompas.