Mekar Sari, nama sebuah desa yang asri dan sangat sejuk. Aku terpaksa harus tinggal di Desa ini untuk sementara waktu. Demi membersamai suamiku yang harus menjalankan amanat dari mendiang sang Kakek. Amanat untuk membangun sebuah pabrik dan membantu perekonomian warga desa. Bukan hanya itu, ibu mertuaku juga meminta putra semata wayangnya untuk membangun beberapa fasilitas umum.
"Yur, saaayuuur ..." Lamunanku buyar, dari teras terdengar teriakan tukang sayur yang menjajakkan dagangannya.
"Nyonya hari ini mau dimasakin apa?" tanya mbak Lilis asisten rumah tanggaku.
"Biar saya saja ya mbak yang belanja sayur, saya mau pilih-pilih sendiri, nanti mbak Lilis tinggal masak aja!" kataku seraya bangkit dan mulai berjalan keluar, mbak Lilis hanya mengangguk dan membiarkanku pergi.
Mang Edi segera membuka gerbang, dan sedikit membungkukkan badan, mempersilakanku untuk keluar melewatinya. Terlihat segerombolan ibu-ibu yang sudah mengelilingi gerobak sayur. Dengan cepat aku mendekat, dan mulai menyapa untuk sekedar basa basi.