登入選單
返回Google圖書搜尋
Para Penantang Hidup
註釋

Selalu jauh dari kesejahteraan, layanan kesehatan dan pendidikan, itulah salah satu pemandangan yang biasa kita temui di desa-desa. Karena kondisi seperti inilah sehingga memaksa Alfa Alawi siswa dari sebuah SD terpencil di desa terpaksa mengkebiri mimpi-mimpinya untuk mengenyam sekolah lanjutan karena kondisi ekonomi yang lemah. Takdir telah membuatnya terpaksa menjadi baby sitter untuk adik-adiknya yang di tinggal ibunya menjadi buruh para tuan tanah.

Hingga akhirnya lahirnya sebuah sekolah yang ia juluki “sekolah ajaib” dengan berbagai hal aneh didalamnya mulai dari proses belajar mengajar sampai pada hubungan guru dan murid yang tidak formal. Sekolah ajaib ini juga mempertemukannya dengan asmara monyet masa SMP dengan para wanita yang menurutnya istimewa dan memperbesar jantungnya dengan detakan karena bahagia. Mengajarinya pengalaman-pengalaman yang mendidik, dan mempertemukannya dengan para manusia-manusia yang menantang hidupnya yang serba terbatas, mencoba tertawa dengan kondisi hidup yang menderita. Guru-guru yang kadang harus berjalan kaki dengan jarak 35 km karena tidak adanya ongkos, kawannya yang setiap hari jalan kaki menuju Sekolah. Atau proses kerja bakti mengambil pasir dengan jarak 1,5 km demi sebuah cita-cita untuk memiliki lapangan basket mini. Inilah para manusia yang mengajarinya betapa “haramnya” bersedih hanya karena persoalan dunia, menentang setiap episode dalam kehidupan dan keluar sebagai pemenang dalam berbagai situasi. Sekolah ajaib ini mengajarkan betapa kerja keras dan berusaha itu penting sementara hasil hanya menempati pada posisi yang entah keberapa.

Akan tetapi, setelah beberapa bulan sekolah berdiri, kami semua di hadiahi dengan operasi Wanalaga Lodaya. Menurut pemerintah operasi ini bertujuan untuk penghijauan hutan sebagi sumber mata air dan menganggap bahwa petani adalah perambah hutan yang menyebabkan bencana kekeringan. Operasi ini membuat para petani tidak berdaya, bagi mereka yang lemah daya juangnya mereka dengan sangat keberatan meninggalkan mata pencaharian mereka dan berangkat menjadi buruh di kota. Bagi mereka yang tetap bertahan karena tidak ada pilihan. Maka, ancaman, siksaaan, penjara bahkan nyawalah yang akan mereka taruhkan untuk apa yang mereka pertahankan. Banyak petani yang diancam, dianiaya, dipenjara bahkan “dilenyapkan” pada masa itu. Dan operasi itu juga yang merampas setengah dari anggota kelas ajaib kami, sekaligus merupakan masa yang kelam bagi seluruh petani di Indonesia.

Sejak Operasi itu sekolah menjadi sunyi karena setengah penghuninya telah pergi meninggalkan.

“Selamat jalan sahabat-sahabat terbaikku. Bertahanlah engkau di duniamu dan aku akan membantumu melawan mereka dari duniaku. Kita memang berbeda dunia tapi kita satu tujuan. Bertahanlah demi dirimu dan orang-orang yang mencintaimu,”

itulah kata-kata yang bisa kami ungkapkan untuk melepaskan kepergian mereka dari Sekolah ajaib ini.